SAAT ini kini berada dalam rangkaian sepuluh hari pertama dari
bulan Dzulhijah. Sepuluh hari yang agung. Allah Subhanahu wa ta’ala,
Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam, dan seluruh kaum muslimin memuliakan
dan mengagungkannya. Syariat memerintahkan umat Islam untuk menyemarakkannya
dengan berbagai amal shalih yang istimewa.
“Demikianlah
(perintah Allah). dan barangsiapa mengagungkan, memuliakan syi'ar-syi'ar Allah,
maka sesungguhnya itu timbul/lahir dari ketakwaan hati.” (QS. Al Hajj [22] : 32).
Syi'ar
Allah Ialah: segala amalan yang dilakukan dalam rangka ibadat haji dan
tempat-tempat mengerjakannya.
Keutamaan 10 hari pertama bulan Dzulhijah
Sepuluh
hari pertama bulan Dzulhijah memiliki keutamaan yang agung/mulia dalam syariat
Islam. Di antaranya adalah:
1.
Allah SWT bersumpah dengannya. Allah berfirman,
“Demi waktu fajar. Dan demi sepuluh malam.” (QS. Al-Fajr [89] : 1-2)
Makna
sepuluh malam dalam ayat yang mulia ini adalah sepuluh malam yang pertama dalam
bulan Dzulhijah, menurut mayoritas ulama tafsir, dan inilah pendapat yang benar
menurut penelitian imam Ibnu Katsir ad-Dimasyqi.
2.
Ia merupakan hari-hari yang disyariatkan secara khusus untuk memperbanyak
dzikir. Allah berfirman (yang artinya).
“Supaya mereka mempersaksikan berbagai
manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang
telah ditentukan atas rezki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa
binatang ternak.” (QS.
Al-Hajj [22] : 28)
Menurut
mayoritas ulama tafsir, termasuk di antaranya sahabat Ibnu Umar dan Ibnu Abbas
RA, maksud dari menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan adalah
sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah.
3.
Rasulullah bersaksi bahwa sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah adalah
hari-hari di dunia yang paling mulia.
Dari
Jabir RA bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Hari-hari di dunia yang paling utama
adalah sepuluh hari (pertama bulan Dzulhijah)” Para sahabat bertanya,
“Hari-hari yang dipergunakan (jihad) di jalan Allah juga tidak menandinginya?”
Beliau menjawab, “Hari-hari yang dipergunakan di jalan Allah juga tidak mampu
menandinginya, kecuali seseorang yang wajahnya terjerembab di dalam debu (gugur
di medan jihad hingga wajahnya beralaskan tanah).” (HR. Al-Bazzar dan Ibnu Hibban)
4.
Hari Arafah. Wuquf di Arafah jatuh pada tanggal 9 Dzulhijah setiap tahun. Hari
wuquf di Arafah adalah hari yang sangat agung. Pada saat tersebut Allah
mengabulkan doa, mengampuni dosa, menerima taubat, dan membebaskan hamba-hamba
yang diridhai-Nya dari siksa api neraka. Begitu agungnya hari tersebut,
sehingga Rasulullah bersabda, “Haji adalah (wuquf di) Arafah.” (HR. Tirmidzi, an-Nasai, Ibnu Majah, dan
Ahmad. Hadits shahih)
5.
Hari penyembelihan
Hari
penyembelihan atau biasa disebut yaum an-nahr dan idul Adha, jatuh pada tanggal
10 Dzulhijah setiap tahun. Ia merupakan hari raya seluruh umat Islam, dan bagi
para jama’ah haji merupakan salah satu rangkaian manasik haji yang sangat
penting. Sebagian ulama bahkan berpendapat hari tersebut merupakan hari paling
mulia dalam satu tahun, sebagaimana hadits dari Abdullah bin Qurth RA
bahwasanya Nabi bersabda :
أَعْظَمُ الْأَيَّامِ عِنْدَ اللهِ يَوْمُ
النَّحْرِ ، ثُمَّ يَوْمُ الْقَرِّ
“Hari yang paling agung di sisi Allah
adalah hari penyembelihan dan hari sesudahnya.”(HR. Ahmad, An-Nasai, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban,
Ath-Thabarani, Al-Hakim, Al-Baihaqi, dan Abu Nu’aim al-Asbahani)
6.
Induk berbagai ibadah terkumpul pada hari-hari tersebut.
Al-Hafizh
Ibnu Hajar al-Asqalani dalam Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari mengatakan,
“Nampaknya hal yang menyebabkan keistimewaan sepuluh hari pertama bulan
Dzulhijah adalah berkumpulnya induk-induk ibadah pada hari-hari tersebut, yaitu
shalat, shaum, sedekah, dan haji. Hal itu tidak mungkin terkumpul pada
hari-hari yang lain”
Keutamaan
amal shalih pada 10 hari pertama Dzulhijah
Terdapat
beberapa hadits shahih yang menerangkan keutamaan amal shalih pada sepuluh hari
pertama bulan Dzulhijah. Di antaranya adalah :
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ : قَالَ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَا مِنْ أَيَّامٍ العَمَلُ
الصَّالِحُ فِيهِنَّ أَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ العَشْرِ
فَقَالُوا : يَا رَسُولَ الله وَلَا الجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ ؟ فَقَالَ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : وَلَا الجِهَادُ فِي سَبِيلِ
اللهِ إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ
بِشَيْءٍ
Dari
Ibnu Abbas RA berkata, Rasulullah bersabda, “Tidak ada hari-hari yang amal shalih pada
waktu tersebut lebih dicintai Allah melebihi hari-hari sepuluh (bulan Dzulhijah
ini)” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, tidak juga amalan jihad di
jalan Allah?” Beliau menjawab, “Tidak juga jihad di jalan Allah, kecuali
seseorang yang keluar berperang di jalan Allah dengan nyawa dan hartanya, lalu
ia tidak kembali dengan membawa sesuatu pun (ia gugur di jalan Allah).” (HR. Bukhari, Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah,
dan Ahmad)
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ : كُنْتُ
عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : فَذُكِرَتِ
الْأَعْمَالُ فَقَالَ : مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ فِيهِنَّ أَفْضَلُ مِنْ
هَذِهِ الْعَشْرِ قَالُوا : يَا رَسُولَ اللهِ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ ؟
قَالَ : فَأَكْبَرَهُ فَقَالَ : وَلَا الْجِهَادُ إِلَّا أَنْ يَخْرُجَ رَجُلٌ
بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فِي سَبِيلِ اللهِ ثُمَّ تَكُونَ مُهْجَةُ
نَفْسِهِ فِيهِ
Dari
Abdullah bin Amru bin Ash RA berkata: “Saya tengah berada di sisi
Rasulullah lalu disebutkan beberapa amal shalih, maka beliau bersabda, “Tidak
ada hari-hari yang amal shalih pada waktu tersebut lebih mulia daripada
hari-hari sepuluh (bulan Dzulhijah ini)” Para sahabat bertanya, “Wahai
Rasulullah, tidak juga amalan jihad di jalan Allah?” Beliau menjawab, “Tidak
juga jihad di jalan Allah, kecuali seseorang yang keluar berperang di jalan
Allah dengan nyawa dan hartanya, kemudian ia gugur di jalan Allah.” (HR. Ahmad, Ath-Thahawi, dan Abu Nu’aim
al-Asbhani. Dinyatakan shahih oleh muhaqqiq Hilyatul Awliya’)
Imam
At-Tirmidzi menyatakan terdapat hadits dengan lafal yang serupa dari jalur Abu
Hurairah dan Jabir bin Abdullah RA. Kedua hadits di atas dan hadits-hadits
penguatnya menunjukkan beberapa pelajaran penting bagi umat Islam:
Amal
shalih apapun lebih dicintai oleh Allah jika dikerjakan pada sepuluh hari
pertama bulan Dzulhijah, melebihi cinta Allah apabila amal shalih tersebut
dikerjakan di hari-hari yang lain.
Karena
amal shalih yang dikerjakan pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah lebih
dicintai oleh Allah, maka hal itu bermakna amal tersebut lebih mulia dan lebih
utama di sisi Allah.
Orang
yang beramal shalih pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah lebih utama
daripada orang yang berjihad dengan nyawa dan hartanya di hari-hari yang lain
lalu ia bisa kembali kepada keluarganya dengan selamat.
Semua
amal shalih pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah, tanpa terkecuali, akan
dilipat gandakan pahalanya oleh Allah.
Sungguh
sebuah bazar amal yang sangat menguntungkan bagi setiap Muslim.
Amalan-amalan
yang sangat dianjurkan dalam 10 hari pertama Dzulhijah Sepuluh hari pertama
bulan Dzulhijah adalah musim kebaikan. Sudah selayaknya setiap muslim
memberikan perhatian yang lebih terhadapnya. Sudah sewajarnya setiap muslim
meningkatkan amal shalihnya pada waktu tersebut, melebihi amal shalihnya pada
waktu yang lain. Seorang ulama tabi’in, Abu Utsman Abdurrahman bin Mull
an-Nahdi (wafat tahun 95 H) berkata:
“Generasi salaf
(sahabat) sangat memuliakan puluhan hari yang tiga; sepuluh hari terakhir bulan
Ramadhan, sepuluh hari pertama Dzulhijah, dan sepuluh hari pertama Muharram
Adapun
amalan yang selayaknya dilakukan oleh setiap muslim yang memiliki kemampuan
pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah ini adalah sebagai berikut:
Pertama, haji dan umrah.
Rasulullah bersabda, “Satu umrah ke umrah
lainnya menjadi penghapus dosa-dosa di antara keduanya, dan haji yang mabrur
tidak ada balasan yang setimpal untuknya selain surga.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kedua, haji mabrur adalah haji yang dilaksanakan ikhlas demi meraih
ridha Allah dan dikerjakan sesuai tuntunan Rasulullah. Ciri utamanya adalah
keimanan, ketakwaan, dan amal shalih pelakunya setelah mengerjakan haji
mengalami peningkatan ke arah yang lebih baik.
Ketiga, Shaum sunnah, yaitu shaum sunnah antara tanggal 1-9
Dzulhijah. Minimal mengerjakan shaum sunnah Arafah tanggal 9 Dzulhijah bagi
selain jama’ah haji.
Shaum
sunnah adalah amal shalih yang sangat dicintai oleh Allah. Allah bahkan
menganggap Dzat-Nya sebagai pemilik khusus shaum, dan Allah sendiri yang akan
memberikan balasannya. Sebagaimana disebutkan dalam hadits qudsi bahwa Allah
berfirman, “Semua amal anak manusia untuk dirinya sendiri, kecuali
shaum, karena sesungguhnya shaum itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan
membalasnya.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
Jika
kita tidak mampu memperbanyak shaum sunnah pada sembilan hari pertama bulan
Dzulhijah ini, maka setidaknya kita melaksanakan shaum hari Arafah pada tanggal
sembilan Dzulhijah. Rasulullah bersabda tentang keutamaan shaum hari
Arafah.
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ ، أَحْتَسِبُ عَلَى
اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ ، وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ
“Shaum hari Arafah, aku mengharap Allah
menghapuskan dengannya dosa satu tahun sebelumnya dan dosa satu tahun
sesudahnya.” (HR. Muslim,
Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
Empat, shalat wajib lima waktu secara berjama’ah di masjid dan
memperbanyak shalat sunnah.
Sebaiknya
setiap muslim menjaga pelaksanaan shalat sunnah Rawatib, shalat Dhuha, shalat
Tahajud, shalat Witir, shalat tahiyatul masjid, dan shalat sunnah lainnya.
Dalam hadits qudsi Allah SWT berfirman, “Hamba-Ku senantiasa mendekatkan
dirinya kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya.” (HR.
Bukhari, Ibnu Majah, dan Ahmad)
Lima, tasbih, tahmid, tahlil, takbir, dan dzikir
Umat
Islam dianjurkan untuk memperbanyak bacaan tasbih, tahmid, tahlil, takbir, dan
dzikir pada sepuluh hari pertama Dzulhijah berdasar firman Allah,
لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا
اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَّعْلُومَاتٍ عَلَى مَا رَزَقَهُم مِّن بَهِيمَةِ
الْأَنْعَامِ فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ الْفَقِيرَ
“Supaya mereka mempersaksikan berbagai manfaat
bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah
ditentukan atas rezki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang
ternak.” (QS. Al-Haj (22): 28)
Dari
Ibnu Umar dari Nabi SAW bersabda
:
عَنِ ابْنِ عُمَرَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَا مِنْ أَيَّامٍ أَعْظَمُ عِنْدَ اللهِ وَلَا
أَحَبُّ إِلَيْهِ مِنَ الْعَمَلِ فِيهِنَّ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ الْعَشْرِ
فَأَكْثِرُوا فِيهِنَّ مِنَ التَّهْلِيلِ وَالتَّكْبِيرِ وَالتَّحْمِيد
“Tiada hari yang lebih agung di sisi
Allah dan amal kebaikan pada hari tersebut lebih dicintai oleh Allah, melebihi
sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah ini. Maka hendaklah kalian memperbanyak
tahlil, takbir, dan tahmid.”
(HR. Ahmad)
Imam
Bukhari berkata, “Ibnu Umar dan Abu Hurairah RA keluar ke pasar pada sepuluh
hari pertama bulan Dzulhijah. Keduanya mengumandangkan takbir, maka orang-orang
mengikuti keduanya dalam mengumandangkan takbir. Ibnu Umar juga mengumandangkan
takbir dari dalam tendanya di Mina, maka jama’ah masjid yang mendengarnya ikut
mengumandangkan takbir. Mendengar hal itu, orang-orang di Pasar ikut
mengumandangkan takbir, sehingga Mina bergemuruh dengan suara takbir. Pada
hari-hari tersebut, Ibnu Umar mengumandangkan takbir di Mina, setelah shalat
wajib, di atas kasur, tenda, tempat duduk, dan jalan yang dilaluinya. Ia
bertakbir pada seluruh hari tersebut.”
Enam. sedekah.
Sedekah
secara umum hukumnya sunnah, dan nilai kesunnahannya pada sepuluh hari pertama
bulanDzulhijah ini semakin kuat. Allah SWT berfirman (yang artinya).
“Perumpamaan
(nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan
Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada
tiap-tiap bulir terdapat seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi
siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha
Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2] : 261).
Katakanlah:
"Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di
antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang
dikehendaki-Nya)". dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah
akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezki yang sebaik-baiknya.” (QS.
Saba (34) : 39).
Tujuh. Menyembelih hewan kurban
Di
antara bentuk sedekah adalah menyembelih hewan kurban dan membagi-bagikan
dagingnya kepada kaum muslimin pada tanggal 10 Dzulhijah.
Dari
Anas bin Malik RA berkata, “Nabi SAW berkurban dengan menyembelih dua ekor domba
yang berwarna putih dan bertanduk dua. Beliau membaca bismillah dan takbir,
menekankan kakinya ke sisi leher domba, dan menyembelihnya dengan tangan beliau
sendiri.” (HR. Bukhari dan
Muslim).
Sepertiga
untuk yang berkurban dan panitia, sepertiga untuk hadiah kepada kaum muslimin,
sepertiga untuk yang memerlukan.
Selain
amalan-amalan di atas, terdapat banyak amalan yang selayaknya digalakkan.
Antara lain: membaca Al-Qur’an, membaca istighfar, berbakti kepada orang tua,
menyambung tali kekerabatan, menyebar luaskan salam, memberikan makanan,
mendamaikan dua pihak yang bersengketa, amar ma’ruf dan nahi munkar, menjaga
lisan dan kemaluan, berbuat baik kepada tetangga, memuliakan tamu, memberi
nafkah kepada keluarga, mengasuh anak yatim, menengok orang sakit, membantu
kesulitan orang lain, menunaikan amanat, mengembalikan barang titipan, melunasi
hutang, dan lain sebagainya. Wallahu a’lam bishshawab. Dari berbagai sumber.
Kudus, 6 Oktober 2013/01 Dzulhijjah 1434 H. Al Faqir Ilal ‘Aliyyil Qadir.*/Abu Ali Haidar
Sumber :
http://www.hidayatullah.com/read/2013/10/10/6762/keutamaan-amalan-10-hari-pertama-bulan-dzulhijah-2.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar