Ustadz Farid Achmad Okbah, M.Ag
Direktur Islamic Center Al-Islam Bekasi, Jawa Barat
Serangan kelompok Syiah terhadap Sunni di Yaman Desember lalu menyisakan kekhawatiran tersendiri bagi Farid Achmad Okbah. Pertikaian tersebut juga membawa korban jiwa santri asal Indonesia yang sedang menuntut ilmu di sana.
Mungkinkah hal serupa terjadi di tempat-tempat lain yang membuka kesempatan luas terhadap perkembangan Syiah, termasuk Indonesia? Dalam benaknya, tidak mustahil hal tersebut akan terjadi. Ustadz Farid, demikian ia biasa disapa, memiliki alasan.
Menurutnya,
sikap berani Syiah di Yaman tidak semata-mata muncul begitu saja.
Kelompok ini pun awalnya berupa pengajian-pengajian biasa dan
yayasan, hingga kemudian bermetamorfosis menjadi kekuatan bersenjata.
“Tentu saja itu bisa terwujud karena bantuan dari Iran dan Hizbullah di
Libanon,” terangnya. Pola seperti itu hampir sama dengan yang saat ini
berlaku di Indonesia.
Dalam
pengamatannya, di Indonesia saat ini kelompok Syiah telah memiliki
300 lebih yayasan dan dua ormas, yakni Ikatan Jamaah Ahlul Bait
Indonesia (IJABI) dan Ahlul Bait Indonesia (ABI).
Khusus kedua ormas ini, terang Faridz, memiliki kesamaan. “Keduanya
sama-sama Rafidhah, yakni tidak mengakui kepemimpinan Abu Bakar, Umar
bin Khaththab, dan Utsman bin Affan,” katanya.
Walhasil, tutur Farid, semestinya tokoh-tokoh umat Islam di Indonesia lebih serius
mewaspadai gerakan Syiah. Mereka sudah ada di berbagai kalangan,
seperti politisi, ulama, tentara, dan intelektual. “Jangan sampai paham
mereka memecah belah umat. Sangat jelas penyimpangan-penyimpangan yang
ada dalam tubuh Syiah,” papar Farid.
Karena itu, keprihatinan pria kelahiran Bangil, Jawa Timur ini, tidak semata menakut-nakuti. Selain telah banyak mengkaji kitab-kitab tentang penyimpangan Syiah yang ditulis langsung oleh mantan ulama Syiah, ia juga meneliti Syiah secara langsung pada kitab-kitab rujukannya.
Hasil
dari pengkajian itu, tentu saja tidak ia nikmati sendiri. Sebagai
seorang dai, ia kemudian menyebarkan hasil kajiannya itu melalui
buku-buku kecil maupun daurah (pelatihan). Dalam bentuk buku,
biasanya Farid mengolahnya bersama rekannya, Ustadz Amin Jamaluddin di
Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam (LPPI). Di lembaga yang banyak
meneliti aliran-aliran sesat ini, Farid duduk sebagai staf ahli.
Sumber : http://hidayatullah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar