Senin, 18 Maret 2013

Mengenal Beberapa Metode Membaca untuk Anak, Mana yang Cocok?


Berbagai Metode Membaca untuk Anak, Mana yang Cocok?
123rf.com
MuslimahZone.com – Selaku orangtua kita terkadang bingung mendapati sekian banyak metode membaca untuk anak kita. Tak jarang pula tingkat keberhasilan suatu metode berbeda-beda ketika diterapkan pada anak yang berbeda. Mungkin sulung kita dengan lancarnya melewati tahapan belajar membaca dengan metode kartu, namun belum tentu adiknya semulus perjalanan kakaknya. Masing-masing perjalanan pembelajaran anak-anak kita memang unik, seunik masing-masing diri mereka. Tinggal kita sebagai orang tua yang diamanahi Sang Pencipta untuk menggali keunikan mereka agar bermanfaat di dunia dan akhirat.
Dalam rubrik pendidikan anak sebelumnya terdapat artikel berjudul Kapan Waktu yang Tepat Untuk Mengajarkan Anak Membaca?, di sana dipaparkan beberapa cara untuk memberikan pengalaman pra membaca pada anak yang berusia balita. Masih dalam sumber buku yang sama dengan artikel tersebut yakni buku yang berjudul Anak Islam Suka Membaca Jilid I karya Nurani Musta’in S.Psi akan dikutip pula beberapa metode membaca untuk buah hati kita. Tentu disertai dengan beberapa kelebihan dan kekurangannya ketika itu diterapkan pada balita kita, sehingga kita dapat memilah, memilih, juga menggabungkan metode-metode mana saja yang sesuai untuk pembelajaran anak-anak kita.
Beberapa Metode Membaca (Huruf Latin):
1. Mengeja
Mengeja adalah suatu cara lama yang serig dipakai orang tua atau pengajar untuk mengajarkan membaca. Caranya dengan memperkenalkan abjad satu persatu terlebih dulu dan menghafalkan bunyinya. Langkah selanjutnya adalah menghafalkan bunyi rangkaian abjad/huruf menjadi sebuah suku kata. Mula-mula rangkaian dua huruf, tiga huruf, empat huruf hingga anak mampu membaca secara keseluruhan.
Kelemahan metode ini adalah anak-anak balita sulit merangkaikan bunyi huruf yang satu dengan yang lain. Mengapa b ditambah a jadi ba (dan bukan be-a). Kelemahan berikutnya adalah setelah anak menguasai rangkaian suku kata, anak akan kesulitan kembali untuk menghilangkan proses pengejaan sehingga agak menghambat kemampuan mereka untuk membaca dengan normal. Seperti pada kata baju, mereka akan mengeja, be-a “ba”, je-u “ju”, baju. Sangat mungkin diperlukan proses tambahan untuk menghilangkan kebiasaan “be-a” dan “je-u” ini.
 2. Membaca dengan Gambar
Gambar-gambar memang sangat menarik. Terlebih gambar yang berwarna-warni, tentu anak-anak sangat menyukainya. Mengajar membaca dengan gambar sangat baik terutama untuk memberikan pengalaman pra membaca pada anak. Cara ini bermanfaat untuk memberikan pengertian kepada anak bahwa sebuah tulisan itu ada maknanya. Bahwa huruf-huruf yang dirangkai dapat membentuk sebuah kata yang memiliki arti.
Namun, mengajar dengan bantuan gambar memiliki beberapa kelemahan, yaitu, sulit menyiapkan alat peraga gambar dengan tulisan yang stabil/terstandar, kemudian anak-anak cenderung memperhatikan gambar daripada tulisannya. Misalkan kita mengajarkan tentang gambar sebuah surat kabar. Tertulis di bawah gambar itu “surat kabar”. Bisa jadi di lain kesempatan ketika kita bertanya kembali, dengan gambar yang sama, dengan tulisan yang sama –“surat kabar”-, ini bacanya apa, mereka akan menjawab “koran”. Karena bisa saja mereka sempat memperoleh informasi pula bahwa yang seperti itu dapat pula disebut “koran”. Disini terlihat bahwa anak cenderung membaca gambar bukan membaca abjad.
3. Membaca “Keseluruhan” baru “Bagian”
Cara ini mengacu pada teori Gestalt, yaitu teori yang mengemukakan bahwa seseorang biasanya memandang segala sesuatu secara keseluruhan terlebih dahulu, baru memperhatikan bagian-bagian serta detailnya.
Caranya dengan memperkenalkan kalimat lengkap terlebih dahulu, baru kemudian dipilah-pilah bagiannya menjadi sebuah kata, dari kata ini dipilah lagi menjadi suku kata, dari suku kata dipilah menjadi beberapa huruf.
Misalnya: ini nana
                    ini            nana
                    i  ni        na  na
                    i-n-i      n-a-n-a 
Cara ini terbukti efektif untuk usia SD. Namun, dalam percobaan pada anak balita tidak memberikan hasil yang sama. Mereka mudah putus asa karena terasa sulit bahkan melakukan blocking (diam, mogok baca).
4. Metode Kartu Kata
Kartu-kartu kata dibuat dari kertas putih yang ditempeli huruf-huruf berukuran raksasa sebesar 10×10 cm per huruf dengan kertas emas sehingga membentuk kata yang “dekat” dengan anak. Kartu ini berulangkali ditunjukkan pada anak disertai bunyi bacaannya. Bila anak telah dapat membaca 1 set kartu kata, maka dilanjutkan dengan 1 set yang lain dengan ukuran agak lebih kecil, demikian seterusnya hingga anak dapat membaca huruf yang normal. Metode ini biasa dikenal metode Glenn Doman.
 Diperlukan ketelatenan dan kesabaran yang luar biasa jika kita ingin memakai metode ini. Baik dari segi waktu peragaan, dana, dan pembuatan alat peraga.
Metode ini pula cenderung membuat anak “menghafal kata” bukan “membaca kata”. Misal pada tahap awal dengan mudah anak menirukan sebuah kata, misalkan “qonita” bila ditunjukkan kartu kata “qonita” dan dengan mudah menirukan kata “ibu” bila ditunjukkan kartu kata “ibu”. Namun, meskipun dapat membaca qonita dan ibu, adalah sangat sulit bila anak harus membaca kata “buta” tanpa diajar, yang sebetulnya merupakan bagian dari kata “ibu” dan “qonita”.
 Namun seperti metode membaca dengan gambar metode ini juga sangat baik untuk memberikan pengalaman pra membaca pada anak.
5. Metode Membaca Suku Kata
Metode membaca dengan suku kata mirip dengan metode IQRA. Membaca huruf latin dengan lebih dulu menggabungkan huruf konsonan dan vokal. Sehingga membentuk suku kata yang berbunyi. Misal ba, kita langsung memperkenalkan sebagai ba. Tidak dieja terlebih dahulu.
Maka, untuk anak yang belum mengenal nama masing-masing abjad disarankan tidak perlu menghafalkan nama-nama alfabet, a-z, terlebih dahulu. Jadi langsung dikenalkan ketika huruf konsonan dan kapital sudah dirangkaikan (berbentuk suku kata).
Misal: a   ba
            a ba  ba a
            ba ba  ba ba

            ca
            a  ca  a  ba
            ca  ba  ba  ca
            a ba ca  a ba ca

Demikian selanjutnya bertahap da, fa, sampai za baru kemudian ba, bi, bu, be, bo, dan seterusnya hingga diperkenalkan bunyi huruf mati, ng, dan ny.
Biasanya anak kesulitan ketika membedakan bunyi ba dan da, pa dan qa. Untuk mengatasinya, tempel di tempat yang sering terlihat rangkaian huruf ‘sulit’ tersebut agar semakin sering dibaca.
Untuk rangkaian kata-kata berikutnya, buatlah kata-kata yang bermakna sehingga mereka dapat sambil mengenal wawasan yang lain. Seperti ketika suku kata da, diberikan contoh kata dada. Berhenti sejenak, tanyakan pada mereka, “Wah dada, apa itu dada ya?” Ketika mereka berhasil menjelaskan. Puji mereka, “Alhamdulillah Aa hebat sudah tahu dada, tambah hebat berarti sekarang ya, kan sudah bisa baca kata dada..”. Dan jangan lupa pula untuk senantiasa mengingatkan buah hati kita bahwa Allah lah yang membuat mereka mampu membaca. Seperti menambahkan di setiap ujung waktu belajarnya, “Siapa yang membuat Aa dan Dede pandai membaca?”. Biasanya mereka akan spontan menjawab, “Allah…!”. Lantas kita menimpali dengan mengajak mereka berhamdalah bersama, “Alhamdulillah..”.
Demikian, para Ayah dan Bunda, semoga bermanfaat dan selamat mencoba! (esqiel/muslimahzone.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar