
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah 
yang telah menganugerahkan nikmat iman dan Islam. Shalawat dan salam 
semoga terlimpah kepada Nabi dan utusan-Nya untuk seluruh umat manusia 
dengan membawa cahaya Islam, juga kepada keluarga dan para sahabatnya.
Bulan Dzulhijjah sebentar lagi 
menghampiri kita. Pada sepuluh hari pertamanya terdapat banyak kemuliaan
 dan keutamaan. Hari-hari tersebut disediakan oleh Allah sebagai musim 
ketaatan dan kesempatan beramal shalih yang bersifat tahunan. Maka 
hendaknya seorang muslim memperhatikan keberadaannya, memanfaatkannya 
dengan melaksanakan berbagai ibadah yang disyariatkan, menjaga perkataan
 dan amal yang shalih agar mendekatkan dirinya kepada Allah Ta’ala dan 
membantunya dalam menghadapi kehidupan ini dengan jiwa besar dan 
semangat yang berkobar.
10 hari pertama dari bulan Dzulhijjah 
merupakan hari-hari yang sangat mulia dan penuh barakah. Bukti kemuliaan
 ini, Allah Ta’ala bersumpah dengannya dalam Al-Qur’an al-Karim.
وَالْفَجْرِ وَلَيَالٍ عَشْرٍ
“Demi fajar, dan malam yang sepuluh.” (QS. Al-Fajr: 1-2)
Imam al-Thabari dalam menafsirkan “Wa 
layaalin ‘asr” (Dan malam yang sepuluh), “Dia adalah malam-malam sepuluh
 Dzulhijjah berdasarkan kesepakatan hujjah dari ahli ta’wil (ahli 
tafsir).” (Jaami’ al Bayan fi Ta’wil al-Qur’an: 7/514)
Penafsiran ini dikuatkan oleh Ibnu 
Katsir dalam menafsirkan ayat ini, “Dan malam-malam yang sepuluh, 
maksudnya: Sepuluh Dzulhijjah sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu 
Abbas, Ibnu Zubair, Mujahid, dan lebih dari satu ulama salaf dan 
khalaf.” (Ibnu Katsir: 4/535)
Kemuliaan sepuluh hari ini juga 
disebutkan dalam Surat Al-Hajj dengan perintah agar memperbanyak 
menyebut nama Allah pada hari-hari tersebut. Allah Ta’ala berfirman,
وَأَذِّنْ 
فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَى كُلِّ ضَامِرٍ 
يَأْتِينَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ 
وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ عَلَى مَا 
رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ
“Dan berserulah kepada manusia untuk
 mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan 
kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru 
yang jauh, supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan 
supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas 
rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak.” (QS. Al-Hajj: 27-28)
Imam Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat ini menukil riwayat dari Ibnu Abbas radhiyallaahu 'anhuma,  “al-Ayyam al-Ma’lumat (hari-hari yang ditentukan) adalah hari-hari yang sepuluh.” (Tafsir Ibnu Katsir: 3/239)
Maka dapat disimpulkan bahwa keutamaan 
dan kemuliaan hari-hari yang sepuluh dari Dzulhijjah telah datang secara
 jelas dalam Al-Qur’an al-Karim yang dinamakan dengan Ayyam Ma’lumat karena keutamaannya dan kedudukannya yang mulia.
Sedangan dari hadits, terdapat 
keterangan yang menunjukkan keutamaan dan kemuliaan sepuluh hari pertama
 dari bulan Dzulhijjah ini, di antaranya sabda Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam:
مَا مِنْ 
أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ 
الْأَيَّامِ يَعْنِي أَيَّامَ الْعَشْرِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلَا
 الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ 
اللَّهِ إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ 
ذَلِكَ بِشَيْءٍ
"Tidak ada satu amal shaleh yang 
lebih dicintai oleh Allah melebihi amal shaleh yang dilakukan pada 
hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah)." Para sahabat 
bertanya: "Tidak pula jihad di jalan Allah?" Nabi shallallaahu 'alaihi 
wasallam menjawab: "Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang 
berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali 
satupun." (HR. Abu Dawud dan  Ibnu Majah).
Karenanya dianjurkan atas orang Islam 
pada hari-hari tersebut untuk bersungguh-sungguh dalam ibadahnya, di 
antaranya shalat, membaca Al-Qur’an, dzikrullah, memperbanyak doa, 
membantu orang-orang yang kesusahan, menyantuni orang miskin, 
memperbaharui janji kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Masih ada satu amalan lagi yang utama pada hari-hari tersebut, yaitu berpuasa sunnah di dalamnya.
Terdapat dalam Sunan Abu dawud dan lainnya, dari sebagian istri Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam, dia berkata,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ تِسْعَ ذِي الْحِجَّةِ
“Adalah Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam berpuasa pada tangga 9 Dzulhijjah.” (HR. Abu Dawud no. 2437 dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih wa Dhaif Sunan Abi Dawud no. 2081)
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Munajjid 
–Salah seorang ulama besar Saudi Arabia- berkata, “Di antara musim 
ketaatan yang agung adalah sepuluh hari perama dari bulan Dzulhijjah, 
yang telah Allah muliakan atas hari-hari lainnya selama setahun. Dari 
Ibnu Abbas radhiyallaahu 'anhu, dari Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda,
مَا مِنْ 
أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ 
الْأَيَّامِ يَعْنِي أَيَّامَ الْعَشْرِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلَا
 الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ 
اللَّهِ إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ 
ذَلِكَ بِشَيْءٍ
"Tidak ada satu amal shaleh yang 
lebih dicintai oleh Allah melebihi amal shaleh yang dilakukan pada 
hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah)." Para sahabat 
bertanya: "Tidak pula jihad di jalan Allah?" Nabi shallallaahu 'alaihi 
wasallam menjawab: "Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang 
berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali 
satupun." (HR. Abu Daud dan  Ibnu Majah).
Hadits ini dan hadits-hadit lainnya 
menunjukkan bahwa sepuluh hari ini lebih utama dari seluruh hari dalam 
setahun tanpa ada pengecualian darinya, sampai sepuluh hari terakhir 
dari bulan Ramadlan. Syaikh Munajjid menambahkan, urgensi sepuluh hari 
pertama ini diperkuat dengan beberapa bukti di bawah ini:
1. Allah Ta’ala telah bersumpah dengannya. Dan bersumpahnya Allah dengan sesuatu menjadi dalil urgensinya dan besarnya manfaat. Allah Ta’ala berfirman,
وَالْفَجْرِ وَلَيَالٍ عَشْرٍ
“Demi fajar, dan malam yang sepuluh.” (QS. Al-Fajr: 1-2)
Ibnu Abbas, Ibnu al-Zubair, Mujahid, dan
 beberapa ulama salaf dan khalaf berkata: Bahwasanya dia itu adalah 
sepuluh hari pertama Dzil Hijjah. Ibnu Katsir membenarkan pendapat ini 
(Tafsir Ibni Katsir: 8/413)
2. Sesungguhnya Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam pernah bersaksi bahwa hari-hari tersebut adalah seutama-utamanya hari-hari dunia sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadits shahih.
3. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam menganjurkan untuk memperbanyak amal shalih di dalamnya. Sesungguhnya
 kemuliaan masa diperoleh oleh setiap penduduk negeri, sementara 
keutamaan tempat hanya dimiliki oleh jama’ah haji di Baitul Haram.
4. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam juga memerintahkan untuk memperbanyak tasbih, tahmid, dan takbir pada sepuluh hari tersebut. Dari Ibnu Umar radhiyallaahu 'anhuma, dari Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda,
مَا مِنْ 
أَيَّامٍ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ وَلَا أَحَبُّ إِلَيْهِ الْعَمَلُ 
فِيهِنَّ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ الْعَشْرِ فَأَكْثِرُوا فِيهِنَّ مِنْ 
التَّهْلِيلِ وَالتَّكْبِيرِ وَالتَّحْمِيدِ
“Tidak ada hari-hari yang lebih 
agung di sisi Allah dan amal shalih di dalamnya lebih dicintai oleh-Nya 
daripada hari yang sepuluh (sepuluh hari pertama dari Dzulhijjah), 
karenanya perbanyaklah tahlil, takbir, dan tahmid di dalamnya.” (HR. Ahmad 7/224, Syaikh Ahmad Syakir menshahihkan isnadnya).
5. Di dalamnya terdapat hari 'Arafah.
 Hari 'Aradah adalah hari yang disaksikan yang di dalamnya Allah 
menyempurnakan ajaran dien-Nya sementara puasanya akan menghapuskan 
dosa-dosa selama dua tahun. 
6. Di dalamnya terdapat ibadah udhiyah (berkurban) dan haji. 
Dalam sepuluh hari ini juga terdapat yaum nahar
 (hari penyembelihan) yang secara umum menjadi hari teragung dalam 
setahun. Hari tersebut adalah haji besar yang berkumpul berbagai 
ketaatan dan amal ibadah padanya yang tidak terkumpul pada hari-hari 
selainnya.
Sesungguhnya siapa yang mendapatkan 
sepuluh hari bulan Dzulhijjah merupakan bagian dari nikmat Allah yang 
besar atasnya. Hanya orang-orang shalih yang bersegera kepada kebaikan 
lah yang bisa menghormatinya dengan semestinya. Dan kewajiban seorang 
muslim adalah merasakan nikmat ini, memanfaatkan kesempatan emas ini 
dengan memberikan perhatian yang lebih, dan menundukkan dirinya untuk 
menjalankan ketaatan. Sesungguhnya di antara karunia Allah Ta’ala atas 
hamba-Nya adalah menyediakan banyak jalan berbuat baik dan meragamkan 
berbagai bentuk ketaatan agar semangat seorang muslim kontinyu dan tetap
 istiqamah menjalankan ibadah kepada Tuhannya. 
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar