Jumat, 30 Desember 2011

“Syiah Indonesia Berpotensi Seperti di Yaman”

 

Ustadz Farid Achmad Okbah, M.Ag 

Direktur Islamic Center Al-Islam Bekasi, Jawa Barat
Serangan kelompok Syiah terhadap Sunni di Yaman Desember lalu menyisakan kekhawatiran tersendiri bagi Farid Achmad Okbah. Pertikaian tersebut juga membawa korban jiwa santri asal Indonesia yang sedang menuntut ilmu di sana.

Mungkinkah hal serupa terjadi di tempat-tempat lain yang membuka kesempatan luas terhadap perkembangan Syiah, termasuk Indonesia? Dalam benaknya, tidak mustahil hal tersebut akan terjadi. Ustadz Farid, demikian ia biasa disapa, memiliki alasan.

Menurutnya, sikap berani Syiah di Yaman tidak semata-mata muncul begitu saja. Kelompok ini pun awalnya berupa pengajian-pengajian biasa dan yayasan, hingga kemudian bermetamorfosis menjadi kekuatan bersenjata. “Tentu saja itu bisa terwujud karena bantuan dari Iran dan Hizbullah di Libanon,” terangnya. Pola seperti itu hampir sama dengan yang saat ini berlaku di Indonesia.

Dalam pengamatannya, di Indonesia saat ini kelompok Syiah telah    memiliki 300 lebih yayasan dan dua ormas, yakni Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) dan Ahlul Bait Indonesia (ABI). Khusus kedua ormas ini, terang Faridz, memiliki kesamaan. “Keduanya sama-sama Rafidhah, yakni tidak mengakui kepemimpinan Abu Bakar, Umar bin Khaththab, dan Utsman bin Affan,” katanya.

Walhasil, tutur Farid, semestinya tokoh-tokoh umat Islam di Indonesia lebih  serius mewaspadai gerakan Syiah. Mereka sudah ada di berbagai kalangan, seperti politisi, ulama, tentara, dan intelektual. “Jangan sampai paham mereka memecah belah umat. Sangat jelas penyimpangan-penyimpangan yang ada dalam tubuh Syiah,” papar Farid.

Karena itu, keprihatinan pria kelahiran Bangil, Jawa Timur ini, tidak semata menakut-nakuti. Selain telah banyak mengkaji kitab-kitab tentang penyimpangan Syiah yang ditulis langsung oleh mantan ulama Syiah, ia juga meneliti Syiah secara langsung pada kitab-kitab rujukannya.

Hasil dari pengkajian itu, tentu saja tidak ia nikmati sendiri. Sebagai seorang dai, ia kemudian menyebarkan hasil kajiannya itu melalui  buku-buku kecil maupun daurah (pelatihan). Dalam bentuk buku, biasanya Farid mengolahnya bersama rekannya, Ustadz Amin Jamaluddin di Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam (LPPI). Di lembaga yang banyak meneliti aliran-aliran sesat ini, Farid duduk sebagai staf ahli.

Sementara itu, dalam bentuk daurah  yang biasanya kerap diadakan di Pesantren Al-Islam Bekasi, Jawa Barat ini, diikuti oleh banyak dai-dai muda dari berbagai daerah. “Bahkan di pesantren-pesantren NU di Jawa Timur pun kita sering mengadakan pelatihan untuk menangkal Syiah,” aku Farid. Ia berharap dengan cara ini umat Islam dapat dengan cepat menangkal pergerakan Syiah di Indonesia. Meski begitu rasa miris tidak dapat ia tutupi. Pasalnya, masih ada ulama yang menjadi pendukung kelompok Syiah

Sumber : http://hidayatullah.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar