Sabtu, 23 April 2011

Cara Mudah & Efektif Agar Otak Anak Cemerlang

ILUSTRASI: Orangtua mana yang tak bahagia dengan kehadiran si buah hati. Hanya, masih banyak anak yang dikembangkan dengan cara tidak tepat sehingga kemampuan otaknya kurang sempurna. (foto: Google)

Orangtua mana yang tak bahagia dengan kehadiran si buah hati. Hanya, masih banyak anak yang dikembangkan dengan cara tidak tepat sehingga kemampuan otaknya kurang sempurna.

Dokter Soedjatmiko, Sp.A(K), Msi, dokter spesialis anak dan konsultan tumbuh kembang-pediatri sosial, mengatakan, mengembangkan otak anak tidak hanya tergantung asupan gizi, tetapi juga kasih sayang dan stimulus.

Kasih sayang itu bisa berupa pemberian rasa aman, nyaman, dilindungi, diperhatikan, dihargai, rasa senang, dan koreksi (bukan ancaman dan hukuman).

“Sedangkan stimulus adalah memberikan stimulus untuk mengasah sensorik, motorik, emosi-sosial, bicara, kognitif, mandiri, kreativitas, kepemimpinan, moral, dan spiritual,” katanya.

Soedjatmiko menambahkan, dewasa ini terjadi fenomena pertumbuhan anak yang cukup memprihatinkan. Bagi keluarga miskin, wajar jika tumbuh kembang anak terbatas karena tidak mampu memberikan nutrisi cukup. Keterbatasan finansial juga membatasi akses ke dunia pendidikan.

Namun ironisnya, gagalnya tumbuh kembang anak juga terjadi pada keluarga mampu secara finansial. Ini karena, orangtua tidak memiliki waktu memberikan kasih sayang dan stimulus yang cukup untuk membantu perkembangan sel-sel otak dan neurotransmitter pada otak anak.

Padahal, ketiga faktor eksternal ini saling melengkapi dan membantu menciptakan anak menjadi generasi yang baik, selain faktor keturunan. Jika salah satu faktor tidak dilengkapi maka anak pun gagal berkembang secara sempurna.

"Usia dua tahun pertama merupakan usia di mana anak memerlukan kelengkapan nutrisi, kasih sayang, dan stimulus untuk menciptakan perkembangan tubuh, emosi, dan mentalnya semasa hidup," ujarnya.

Pada dua tahun pertama, aktivitas otak anak dalam keadaan yang sangat aktif dalam membentuk sel otak, percabangan sel, neurotransmitter, dan zat-zat kimia pada otak.

Ketiga faktor ini sangat berpengaruh terhadap jumlah sel otak dan percabangan sel otak. Jika ketiga faktor ini terpenuhi, maka muncul sel-sel otak dan percabangan sel yang bersinergis. Jika tidak terpenuhi, maka pada otak anak terdapat hanya sedikit sel-sel otak (pertumbuhan terhambat), percabangan sel otak pun tidak bersinergis.

Ditambahkan Soedjatmiko, "Jika salah satu tidak terpenuhi, pertumbuhan anak akan terhambat, anak tidak dapat mengendalikan emosi, tidak terampil dalam memecahkan masalah, gangguan perilaku."

Karena itulah, tumbuh kembang anak sangat bergantung pada bagaimana orangtua memberikan kasih sayang dan pendidikan. Orangtua dianjurkan selalu dapat meluangkan waktu untuk si buah hati karena masa depan anak berawal dari ajaran orangtua di masa pembentukan otak bayi.

Mulai saja dengan melakukan aktivitas yang menyenangkan, interaktif yang akan merangsang otak anak. Cara termudah melakukan ini adalah bermain dalam suasana gembira.

Menurut pakar tumbuh kembang anak Dr Soedjatmiko SpA(K) aktivitas bermain dan suasana cinta ini penting guna merangsang seluruh sistem indera, melatih kemampuan motorik halus dan kasar, kemampuan berkomunikasi serta perasaan dan pikiran si anak.

Rangsangan atau stimulasi sejak dini adalah salah satu faktor eksternal yang sangat penting dalam menentukan kecerdasan anak. Rangsangan ini bisa diberikan saat ibu mengandung. Selain stimulasi, ada faktor eksternal lain yang ikut mempengaruhi kecerdasan seorang anak yakni kualitas asupan gizi, pola pengasuhan yang tepat dan kasih sayang terhadap anak.

Makin bervariasi rangsangan yang diterima bayi dan balita, makin kompleks pula struktur sinaps atau hubungan antarsel otak. "Makin sering dan kuatnya rangsangan diterima, makin bertambah kuat hubungan antarsel otak. Semakin kompleks dan kuat sinaps, makin tinggi dan bervariasi pula kecerdasan anak," ungkap Soedjatmiko.

Perlu diketahui, sel-sel otak manusia terbentuk sejak tiga-empat bulan dalam kandungan dan akan berlanjut hingga usia tiga-empat tahun. Tak heran bila rentang usia ini juga sering disebut sebagai masa emas tumbuh kembang anak. Pada masa ini, jumlah sel otak dapat tumbuh hingga miliaran, meski pada awalnya belum ada hubungan antarsel. Di sinilah pentingnya peran orang tua dalam membentuk dan menentukan rangkaian hubungan antarsel ini supaya berkualitas dan kompleks dengan cara melakukan stimulasi.

Stimulasi dapat dilakukan sedini mungkin sejak janin dalam kandungan dengan cara mengajak ngobrol janin, menyanyikan lagu, memperdengarkan lagu melalui radio kaset yang ditempelkan ke perut ibu atau membacakan doa sambil mengelus-ngelus perut ibu.

Sedangkan memasuki usia bayi dan balita, kegiatan stimulasi dapat dilakukan lebih beragam, misalnya saat memandikan, mengganti popok, menyusui, menyuapi makanan, menggendong, jalan-jalan, bermain hingga menjelang tidur.

Contoh stimulasi untuk bayi 0 hingga 3 bulan misalnya mengusahakan rasa nyaman, aman dan menyenangkan, memeluk, menggendong, menatap mata bayi, mengajak tersenyum, berbicara, menyembunyikan berbagai suara atau musik bergantian, menggantung dan menggerakkan benda berwarna mencolok, benda-benda berbunyi, menggulingkan bayi ke kanan-kiri, tengkurap-telentang, dirangsang untuk memegang mainan.
Pada usia 3-6 bulan, stimulasi berlanjut dengan memancing anak mencari sumber suara, bermain "cilukba" dan melihat wajah di cermin. Melihat, meraih, dan menendang mainan juga bagus untuk melatih motoriknya. Ajak juga anak mengamati benda kecil atau benda bergerak. Latih ia mengambil benda kecil dan memegang dengan dua tangan. Pada usia ini, bayi juga biasanya mulai belajar duduk dan makan sendiri.

"Yang penting, stimulasi harus dilakukan setiap hari dalam suasana menyenangkan dan penuh kasih sayang. Stimulasi juga harus bervariasi disesuaikan usia dan perkembangan kemampuan anak dan harus dilakukan oleh orangtua atau keluarga," tandas Soedjatmiko.

Tidur Penting untuk Tumbuh Kembang Anak

Tidur yang berkualitas bagi bayi dan anak adalah momen pertumbuhan otak dan tubuh. Setelah seharian mendapatkan stimulasi bersama ibu dan asupan nutrisi pada malam hari, tubuh bayi mulai mencerna dan berkembang. Sekitar 175 persen perkembangan otak bayi terjadi pada usia 36 bulan pertama. Pada saat ini dibutuhkan stimulasi optimal dan nutrisi seimbang.

Saat tidur, pertumbuhan sel-sel otak berlangsung lebih cepat terutama berpengaruh pada restorasi emosi dan kognitif. Tidur mencakup dua fase, yaitu REM (rapid eye movement) dan Non-REM secara bergantian.

Saat REM atau tidur aktif, aliran darah ke otak meningkat dan terjadi autostimulasi fungsi otak sehingga pertumbuhan sel-sel otak lebih cepat. Pada fase ini juga terjadi penataan ulang atau konsolidasi pengalaman yang akan mendukung perkembangan emosi dan kognitif anak. Sedangkan saat non-REM atau tidurtenang, terjadi konservasi energi dan perbaikan sel-sel tubuh, serta pengeluaran hormon yang dibutuhkan untuk pertumbuhan fisik. Semakin tua usia anak, fase tidur tenangnya makin lama.

Selain tidur malam, bayi sampai umur tiga tahun masih memerlukan tidur siang. Mulai umur 3-4 tahun, anak sudah tidak harus tidur siang, demikian Soedjatmiko. (fn/vs/gh) www.suaramedia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar