Minggu, 24 April 2011

Strategi Macet Tanpa Stres

KEMACETAN di Ibu Kota dan kota-kota besar memang semakin mengkhawatirkan. Butuh waktu sangat lama hanya untuk ke lokasi yang berdekatan. Belum lagi jika hujan besar dan banjir. Tentu saja, ini bisa membuat frustrasi dan stres. Namun, ada cara untuk mengatasinya.

Kemacetan memang sulit untuk dihindari. Di Jakarta, volume kendaraan yang bertambah sementara jalanan semakin mengecil, otomatis membuat kemacetan kerap terjadi di jam-jam sibuk, seperti saat pekerja berangkat dan pulang dari kantor. Hujan yang terus-menerus terjadi belakangan ini juga semakin memperparah kemacetan di jam-jam tersebut.

Tentu saja kemacetan umumnya akan membuat para pekerja yang lelah bekerja akan merasa tersiksa secara psikologis. Rasa frustrasi karena harus menghadapi kemacetan setiap hari akan mendorong para pengendara kendaraan pribadi untuk berbuat nekat, melanggar peraturan lalu lintas, sampai memaki-maki kendaraan yang berusaha menyalip secara sembarangan.

Jelas ini tidak sehat untuk perkembangan jiwa siapa pun yang tinggal di kota besar. Karena itulah, perlu langkah yang tepat untuk mengatasinya. Jika tak bisa mengatasi macet, maka cobalah mengatasi atau mengontrol diri sendiri dalam menghadapi kemacetan. Berikut cara yang bisa dicoba.


Lihatlah diri Anda sendiri

Pernahkah Anda merasa bahwa sopir angkot yang menyerobot giliran Anda sengaja melakukannya karena iri atau tak suka dengan orang-orang yang membawa mobil? Jika iya, tak ada gunanya Anda berpikir seperti itu.

”Anda bisa saja merasa bahwa mereka melakukannya dengan sengaja. Tapi saya yakin, mereka melakukannya karena tidak sengaja atau memang karena tabiat mereka seperti itu kepada siapa pun,” kata Timothy Dimoff, penulis buku “Life Rage”, seperti dikutip dari monster.com.

Nah, agar Anda tidak kesal dengan tingkah sopir angkot atau pengendara yang mengemudi sembarangan, jangan Anda tiru perilaku buruk tersebut. ”Jangan meniru perilaku yang Anda membencinya. Jika Anda ternyata melakukannya juga, lantas apa bedanya Anda dengan pengemudi ugal-ugalan tersebut,” ungkap John Langan dari Traffic Safety Institute?


Jangan terpancing

Jika ada pengemudi lain yang menatap Anda seolah-olah dia ingin mengajak Anda berkelahi atau melecehkan Anda, alihkan pandangan Anda ke tempat lain. Pura-pura tidak tahu dan santai saja, demikian saran Langan.

”Jika Anda tidak mampu mengontrol emosi orang lain, maka kontrollah emosi Anda sendiri,” kata Phil Berardelli, penulis “The Driving Challenge: Dare to Be Safer and Happier on the Road”.


Cari ketenangan

Ini memang langkah yang sulit jika Anda kesal dengan kondisi jalanan yang buruk. Namun, Anda memang harus menenangkan diri Anda sendiri karena Anda lah yang bertanggung jawab terhadap diri Anda sendiri.

Setiap kali ada pengemudi yang ugal-ugalan atau saat Anda sudah sangat frustrasi, tarik napas dalam-dalam. Gerakkan tubuh, bahu, dan leher Anda untuk rileksasi. Percayalah bahwa Anda akan bisa melalui tekanan ini dengan tidak memaki-maki sembarangan.


Menghibur diri

Hibur diri Anda dengan mendengarkan musik atau lagu favorit. Jika perlu, nyanyikan lagu tersebut keras-keras untuk meluapkan perasaan lelah Anda. Selain itu, hindari menerima telepon dari atasan, rekan kerja yang menyebalkan, atau siapa pun yang kemungkinan besar bisa membuat Anda marah atau kesal saat berbincang dengannya. Telepon mereka lagi segera setelah kondisinya lebih baik dan menyenangkan bagi Anda.


Bijaklah

Anda harus mampu mengajari atau menasihati diri Anda sendiri untuk berlaku layaknya orang terpelajar di jalan raya. Usahakan patuhi rambu-rambu lalu lintas, walau memang sulit di tengah para pengemudi yang ugal- ugalan. Yang penting, Anda harus memegang prinsip tersebut demi kebaikan dan keselamatan Anda sendiri.
(SINDO//tty)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar