Minggu, 22 Mei 2011

Rumus Mudah Dan Murah Redam Stres

Menjadi wanita karier sepintas terlihat menyenangkan. Punya penghasilan sendiri sehingga tak selalu tergantung pada suami. Tapi benarkah selalu menyenangkan?

Nisrina, wanita yang berkantor di sebuah gedung jangkung di Jl Sudirman, Jakarta, mengaku tak selalu merasakan kesenangan itu. Ia justru kerap merasa stres. Hidup seperti dikejar-kejar waktu. ''Berangkat pagi buta, pulang malam,'' kata ibu dua anak yang hampir selalu tiba di rumah pada pukul 21.00. ''Bahkan, di rumah pun, saya terkadang masih melanjutkan pekerjaan kantor,'' sambung wanita yang menjabat manajer keuangan ini. Rutinitas dan tekanan pekerjaan benar-benar menyiksa Nisrina lahir dan batin. Ditambah urusan rumah dan anak-anak yang 'telantar' membuatnya semakin pening. ''Saya lelah dan stres. Namun saya tak berdaya, tidak tahu apa yang bisa saya perbuat,'' ungkapnya lirih.

Bukan hanya Nisrina. Deraan stres semacam ini juga menimpa banyak wanita lainnya. Jika Anda pun berada dalam kondisi seperti Nisrina, cara apa yang akan Anda tempuh untuk keluar dari belenggu itu? Praktisi penyembuhan holistik Reza Gunawan memberikan sejumlah jurus untuk Anda. Menurut Reza, ada tiga penyebab stres yakni pekerjaan (karier, keuangan), keluarga (cinta, hubungan pribadi, keluarga) dan badan (kesehatan, penampilan dan kecantikan). Namun, jika suatu kali Anda didera stres karena salah satu atau kombinasi dari penyebab di atas, tak perlu panik-panik amat. Sebab, Anda tak sendirian. Banyak orang mengalami hal serupa.

''Jadi, jangan merasa 'istimewa' seakan-akan hanya Anda yang mempunyai masalah. Semua pernah mengalaminya kok. Yang membedakan hanya kadar permasalahannya saja,'' tutur Reza dalam suatu forum diskusi bertema: Mencari Keseimbangan dalam Kehidupan Urban.

Lebih jauh, alumnus Fakulas Ekonomi Universitas Indonesia ini membagi kehidupan manusian dalam tiga masa: masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. Dan umumnya, kata Reza, orang stres karena terlalu berkhayal memikirkan masa depan. Ada juga orang yang tiada henti mengenang masa lalu, sehingga masa kini yang harusnya dijalani malah terlupakan.

Percayakah Anda, orang bisa menderita karena memikirkan masa depan dengan khayalannya sendiri, misalnya: bagaimana jika bulan depan tidak naik gaji, atau bagaimana mendapatkan tambahan penghasilan bila tabungan habis, dan lainnya. Terlalu memikirkan masa depan bisa memunculkan rasa khawatir, cemas, ketakutan, dan kadang tidak realistis. Reza menyebut orang-orang seperti ini terjangkit DSW (Derita Sebelum Waktunya).

Sebaliknya, terus mengenang masa lalu juga bisa membuat 'pening'. ''Andaikan saja saya tidak menolak tawaran di perusahaan baru itu, pasti saya sekarang sudah sukses.'' Atau ungkapan lainnya,''Kenapa ya bos marah-marah terus. Saya jadi sakit hati.'' Kenangan-kenangan semacam itu yang terus saja diingat, kata Reza menyebabkan Anda dibelenggu penyesalan, perasaan bersalah, tidak terima bahkan dendam. Gejala ini ia sebut sebagai DTA (Derita Tiada Akhir).

Masa lalu dan masa depan, kata Reza, adalah masa yang tidak nyata. Masa yang nyata adalah masa sekarang yang sedang dihadapi. Masa sekaranglah yang harus dipikirkan dan dijalani. Tak perlu lagi larut memikirkan masa lalu yang sudah berlalu dan masa depan yang belum datang. ''Marilah kembali ke dunia nyata, yaitu masa yang sedang dijalani saat ini.''

Mengelola diri dari dalam

Bagaimana jika telanjur stres? Sebagai tahap pertama, belajarlah mengelola diri dari dalam. Yang dikelola adalah kesehatan tubuh (body), pikiran (mind), dan jiwa (mood). Memang, Anda perlu belajar agar bisa mengelola diri. Tapi percayalah, Anda bisa melakukannya. ''Tahapan-tahapannya sederhana, tidak butuh biaya dan mudah dilakukan setiap orang,'' kata Reza.

Anda ingin mempraktikkannya? Pertama, cobalah tarik napas panjang. Ini merupakan gerbang untuk kembali ke dunia nyata, memutuskan pikiran seseorang dari masa lalu dan khayalan. Kedua, ambil napas dengan rumus '478', yaitu hirup napas melalui hidung sebanyak empat hitungan, tahan napas selama tujuh hitungan dengan kondisi seluruh tubuh tetap rileks, lalu hembuskan napas melalui mulut selama delapan hitungan dengan membisikkan bunyi haaaaa dari mulut. Ulangi gerakan pertama sampai ketiga kurang lebih lima hingga tujuh menit.

Latihan ini, kata Reza, dapat dilakukan oleh siapapun, kapanpun, dan di manapun. Manfaatnya tidak sekadar mencegah stres, tapi juga menyeimbangkan emosi, menghilangkan rasa cemas, gelisah, meningkatkan kreativitas, membantu proses penyembuhan penyakit, dan melatih komunikasi yang tulus.

Selain latihan pernapasan, stres juga bisa diredam dengan latihan sentuhan. Caranya? Pertama, tentukan skala stres Anda terhadap masalah tertentu dengan rentang angka nol sampai sepuluh. Kedua, pejamkan mata dan sentuh dahi Anda secara ringan sambil fokus pada masalahnya. Rasakan hati Anda, tetaplah bernapas dan tunggu hingga denyutnya merata. Dan ketika pikiran Anda mulai melayang atau berkhayal, maka artinya Anda telah selesai mempraktikkan terapi ini. Silakan ukur kembali skala stresnya. ''Latihan sentuhan ini bisa melepaskan stres sebanyak 80 persen. Nah, sisanya (20 persen) bisa dicairkan dengan minum air putih yang banyak," terang Reza.

Mencapai kondisi rileks akan membantu mengimbangi efek negatif dari stres sehari-hari. Selain itu, teknik ini juga bisa membantu mengontrol gangguan kesehatan terkait stres, seperti hipertensi dan insomnia.

Dalam beberapa kasus, imajinasi terarah ini bahkan digunakan untuk mengatasi kondisi kesehatan tertentu. Saat berada dalam kondisi rileks, pasien akan fokus dengan gambaran terkait kondisi mereka, selanjutnya mereka menggambarkan hasil terapi (sesuai keinginan) yang mereka jalani.

Cara melakukan
Jika hendak mempraktekkan teknik imajinasi ini, carilah area yang tenang dan duduklah dalam posisi nyaman. Selanjutnya, pejamkan mata dan tarik nafas dalam-dalam. Cobalah gambarkan bahwa diri Anda sedang berada di lingkungan yang benar-benar aman.

Terlepas dari tempat yang Anda bayangkan (baik pantai, padang rumput, atau halaman belakang yang kosong), cobalah memaksimalkan semua indra perasa Anda. Pastikan Anda bisa melihat, merasakan, mencium, dan mendengar suara-suara dari lingkungan yang Anda bayangkan. Semakin jelas lokasi yang Anda bayangkan, menurut pakar, semakin besar pula efek pemulihan yang Anda dapatkan.

Untuk menguatkan pengalaman imajinasi terarah ini, cobalah dengarkan suara terkait lingkungan yang coba Anda gambarkan (contoh, jika menggambarkan pantai, mainkanlah rekaman gelombang laut). Selain itu, Anda juga bisa menggunakan rekaman atau tulisan untuk memandu Anda melewati pengalaman tersebut.

Selain meredakan stres, berikut beberapa manfaat lain dari teknik imajinasi ini:

Kontrol rasa sakit
Studi pada 2005 yang melibatkan 44 pasien dengan sakit kronis menemukan, pasien yang mendengarkan rekaman imajinasi terarah berdurasi tujuh menit, paling tidak tiga kali sehari selama empat hari, melaporkan lebih bisa mentolerir dan mengontrol rasa sakit mereka. Latihan dengan rekaman tersebut fokus membantu pasien untuk rileks dan mengubah gambaran terkait rasa sakit mereka.

Studi sebelumnya, seperti dikutip situs about.com, juga telah menemukan bahwa teknik imajinasi terarah ini efektif mengontrol tension headache (sakit kepala akibat ketegangan) kronis.

Mengatasi efek terapi kanker
Studi pada 2009 yang melibatkan 90 pasien kanker payudara menemukan bahwa pasien bisa mendapatkan manfaat dari teknik imajinasi terarah. Teknik imajinasi ini terbukti menguatkan sistem kekebalan tubuh pasien yang sedang menerima kemoterapi diikuti dengan operasi, radioterapi dan terapi hormon.

Berhenti merokok
Setelah melatih 38 perokok mempraktekkan imajinasi terarah 20 menit sehari selama dua tahun, peneliti menemukan bahwa 26 persen partisipan berhasil berhenti merokok. Jumlah ini lebih besar dibandingkan kelompok partisipan yang tidak mengikuti pelatihan (12 persen). (fn/rp/mi) www.suaramedia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar