Senin, 23 Mei 2011

Rasa Bersalah Dialami Balita Juga


Jika Anda mengira anak usia bawah lima tahun (balita) tidak mengalami berbagai emosi, maka sebaiknya Anda mengoreksi pemikiran tersebut. Layaknya orang dewasa, anak balita dapat merasakan semua jenis emosi. Demikian diungkap Robert Hughes, Jr., Ph.D dalam buku Helping Children Understand Emotions,

Perasaan bersalah (guilty feeling) adalah salah satu emosi yang sering melanda anak usia bawah lima tahun (balita). Sayangnya, anak balita tidak selalu memahami rasa bersalah yang melanda dirinya sehingga rasa tersebut sulit dikendalikan.

Jika anak balita tidak memahami rasa bersalah yang dirasakan dan tidak tahu perilaku apa yang harus dihindarkan agar rasa bersalah itu tidak muncul. Akibatnya, rasa bersalah itu terus menghantui.

“Dalam kasus perceraian atau kematian, anak-anak bisa saja merasa merekalah penyebab perpecahan keluarga. Mereka merasa, kalau saja sebelumnya mereka melakukan sesuatu yang berbeda, maka perpecahan keluarga tidak akan terjadi,” papar Hughes.

Perasaan bersalah, seringkali beriringan dengan perasaan sedih yang dirasakan seorang anak. Peristiwa yang membuatnya bersalah sekaligus menyedihkan seperti kematian, penyakit atau perceraian seringkali dirasakan anak sebagai kesalahannya.

Penting mengajarkan anak berbagai bentuk emosi sebelum anak diajarkan mengendalikan emosi. Terkadang anak balita tidak mengetahui dengan pasti emosi yang dirasakannya. Orangtua yang membimbing anak mengenali emosi tersebut.

Komentar orangtua seharusnya bisa mengeluarkan rasa emosi yang sekiranya dirasakan anak secara verbal. Sehingga, anak dapat mengidentifikasi dengan benar emosi yang dirasakannya.

Orangtua bisa membiasakan anaknya menyebutkan perasaannya sepeti sedih, sebel atau marah secara verbal juga. Layaknya orang dewasa yang lebih lega setelah bercerita, anak juga dapat dibiasakan berkomunikasi seperti itu.

Selain itu, orangtua juga dapat mengajarkan beragam emosi yang ada melalui cerita atau dongeng yang dibacakan atau dibaca bersama dengan anak. Orangtua dapat menyesuaikan cerita yang akan disampaikan agar sama dengan pesan yang ingin diberikan kepada anak.

Anak yang tidak mampu melakukan kontrol internal terhadap rasa bersalah akan mengalami kesulitan dalam bergaul dengan teman sebaya. Dia tak punya cukup harga diri (self esteem) untuk menghadapi teman sepermainannya.

Jika kondisi itu berlarut, dikhawatirkan dia akan tumbuh menjadi individu yang tidak mandiri secara emosional, dan tidak akan pernah siap memasuki lingkungan pergaulan yang lebih luas lagi. (ri)

 
Tips Memperkenalkan Emosi

Orangtua bisa membantu anak balitanya yang dirundung rasa bersalah. Langkah-langkah berikut dapat digunakan untuk mengajarkan balita Anda memahami apa yang terjadi jika dia merasa bersalah, dan apa yang harus dilakukan jika dia merasakan emosi tersebut.


Kenalkan reaksi orang yang merasa bersalah. Anak mungkin belum tahu bahwa ekspresi wajah dan perasaan berhubungan dengan emosi. Minta anak pura-pura merasa bersalah, mencoba merasakannya dalam hati dan menunjukkannya di wajah.

Tunjukkan pada anak bahwa rasa bersalah membuat kita ingin sembunyi, ingin menangis sehingga wajah tak bisa senyum.

Jelaskan penyebab sebenarnya. Anak mungkin menyalahkan dirinya atas pertengkaran, perceraian atau kematiananggota keluarga atau hewan peliharaan. Dengan kalimat sederhana, jelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Ingatkan terus bahwa itu bukan salahnya.

Dorong anak membicarakan perasaannya. Beri anak kesempatan untuk membicarakan rasa bersalahnya. Siapkan diri orangtua untuk menerima kenyataan bahwa anak tak mungkin selalu ‘baik-baik saja’. Jika rasa bersalah anak begitu dalam, tanyakan kenapa ia merasa begitu. Kadang anak merasa lega hanya dengan membicarakan masalahnya.

Tunjukkan cara orangtua mengelola rasa bersalah. Jika orangtua merasa bersalah, ceritakan pada si kecil bagaimana perasaan sebenarnya.

Ceritakan pula orangtua merasa bersalah karena sesuatu hal, dan akan melakukan sesuatu supaya perasaan Anda lebih baik. Cara itu menunjukkan tidak apa-apa memiliku rasa bersalah, sekaligus mengajarkan cara Anda meresponnya perasaan tersebut.

Ajarkan melihat sisi positif. Doronglah agar anak mencoba melihat sisi baik dari kesalahannya.

republika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar