Sabtu, 25 Juni 2011

Sisi Buram Kegilaan Asia pada Gadget

 

 

Hidayatullah.com--Sekitar 100 juta telepon seluler sekarang ini terjual setiap tahunnya di wilayah Asia Pasifik dan diperkirakan bertambah dua kali lipat dalam waktu lima tahun. Ini merupakan pasar terbesar di dunia untuk perangkat mobile canggih.

Seiring dengan perkembangan industri telekomunikasi, situs jejaring sosial dan mobile game, bagi kebanyakan pemuda Asia sulit melepaskan diri untuk tidak selalu menggenggam sebuah gadget di tangan atau tidak berinteraksi dengan komputer.

"Saya kira Anda bisa menyebut saya kecanduan," aku seorang mahasiswi Singapura berusia 22 tahun Hanna Ruslana. Ia lebih banyak bergaul dengan kawan sekolahnya lewat Twitter daripada di kampus.

Hanna mengecek iPhonenya paling tidak setiap 15 menit, memelihara akun di Facebook, Twitter, Foursquare dan LinkedIn. Saat Twitter tidak bisa diakses, dia dan teman-temannya menunggu dengan gelisah.

Tapi apa yang dialami Hanna jauh lebih ringan dibanding para pecandu perangkat elektronik dari Korea Selatan.

Desember tahun lalu, seorang ibu ditangkap dengan tuduhan membunuh putranya yang berusia 3 tahun, akibat si ibu kelelahan bermain game online di internet.

Satu bulan sebelumnya, seorang bocah laki-laki berusia 15 tahun bunuh diri gara-gara ibunya memarahi dirinya karena hobinya bermain game.

Bulan Mei 2010, seorang pria berusia 41 tahun dikirim ke penjara selama dua tahun, setelah ia dan istrinya mengabaikan bayi perempuan mereka hingga meninggal karena kelaparan, sementara sehari-hari keduanya memainkan permainan virtual merawat dan membesarkan anak di internet.

Pemerintah Seoul memperkirakan jumlah pecandu internet di negara berpenduduk 50 juta jiwa itu mencapai 2 juta orang.

Mulai tahun ini pemerintah menawarkan perangkat lunak gratis kepada pengguna internet untuk membatasi waktu yang mereka habiskan di dunia maya. Parlemen juga sedang mempertimbangkan sebuah peraturan yang melarang orang berusia di bawah 15 tahun bermain game online mulai tengah malam hingga pukul 6 pagi.

Di Singapura, sebuah survei atas 600 mahasiswa universitas dan politeknik awal tahun ini menunjukkan, 88% dari mereka lebih suka berkomunikasi obrolan tatap muka dengan menggunakan teknologi.

Lebih dari 40% responden menghabiskan waktu lebih dari 4 jam sehari untuk menggunakan telepon genggam mereka.

Di Singapura kepemilikan telepon genggam mencapai 1, 4 per orang, yang kebanyakan bisa digunakan untuk berselancar di dunia maya.

Ho Kok Yuen, direktur klinik penanggulangan rasa sakit di Rumah Sakit Raffles, menyamakan kecanduan perangkat teknologi dengan kecanduan narkoba, yang juga memerlukan pengobatan.

"Jadi itu perilaku tidak normal, di mana perilaku kompulsif akan membahayakan dirinya atau orang-orang yang ada di sekitarnya," kata Kok Yuen kepada AFP.

Di Jepang, kementerian dalam negeri telah memperingatkan bahwa kecanduan anak-anak muda akan game dan telepon seluler dapat menjadikan mereka apatis dan merusak hubungan sosial dan kesehatan mereka.

Pusat Urusan Konsumen Nasional Jepang mengatakan, laporan kasus konsultasi yang masuk ke lembaga mereka terkait  game online mencapai 1.692 di tahun 2010, atau naik dari 1.437 di tahun 2009. Kebanyakan kasus itu melibatkan anak-anak muda.

Di Malaysia, masyarakatnya merengkuh situs jejaring sosial dengan antusias. Menurut sebuah studi oleh lembaga survei global TNS di bulan Nopember 2010, di situs jejaring sosial orang Malaysia merupakan yang paling banyak bersosialisasi, dengan rata-rata per orang memiliki 233 teman di jejaring mereka. Bandingkan dengan orang China yang hanya 68 teman dan Jepang yang cuma 29 teman per orang.

University Malaya Centre of Addiction Sciences mengatakan bahwa mereka menerima sekitar 50 kasus saat memulai studi tentang kecanduan Facebook pada tahun 2009. Tahun lalu jumlah itu naik hingga 70 kasus, yang sebagian besar melibatkan anak-anak muda.

"Kasus semakin sering dijumpai di kalangan anak muda, karena mereka lebih banyak terpapar dengan internet dan situs jejaring sosial," kata Muhammad Muhsin Ahmad Zahari, wakil koordinator lembaga tersebut.

"Mereka lebih lengket dengan komputer dan mengabaikan cara bersosialisasi lainnya," ujar Zahari.

Apakah Anda juga termasuk pecandu gadget, situs jejaring sosial, atau internet? *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar