 Masjid  merupakan sebaik-baik tempat di muka bumi ini. Di sanalah tempat  peribadatan seorang hamba kepada Allah, memurnikan ibadahnya hanya untuk  Allah semata. Dari sanalah titik pangkal penyebaran tauhid. Allah telah  memuliakan masjid-masjid-Nya dengan tauhid. Allah ta’ala berfirman  (yang artinya), “Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan  Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping  (menyembah) Allah”. (QS. Al Jin: 18)
Masjid  merupakan sebaik-baik tempat di muka bumi ini. Di sanalah tempat  peribadatan seorang hamba kepada Allah, memurnikan ibadahnya hanya untuk  Allah semata. Dari sanalah titik pangkal penyebaran tauhid. Allah telah  memuliakan masjid-masjid-Nya dengan tauhid. Allah ta’ala berfirman  (yang artinya), “Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan  Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping  (menyembah) Allah”. (QS. Al Jin: 18)Tidak ada tempat yang lebih baik dari pada masjid Allah di muka bumi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tempat  yang paling dicintai oleh Allah dalam suatu negeri adalah  masjid-masjidnya dan tempat yang paling Allah benci adalah  pasar-pasarnya.” (HR. Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam suatu ketika pernah ditanya, “Tempat  apakah yang paling baik, dan tempat apakah yang paling buruk?” Beliau  shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Aku tidak mengetahuinya, dan  Aku bertanya kepada Jibril tentang pertanyaan tadi, dia pun tidak  mengetahuinya. Dan Aku bertanya kepada Mikail dan diapun menjawab: Sebaik-baik tempat adalah masjid dan seburuk-buruk tempat adalah pasar”. (Shohih Ibnu Hibban)
Masjid adalah pasar akhirat,  tempat bertransaksinya seorang hamba dengan Allah. Di mana Allah telah  menawarkan balasan surga dan berbagai kenikmatan di dalamnya bagi mereka  yang sukses dalam transaksinya dengan Allah.
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu mengatakan,“Masjid  adalah rumah Allah di muka bumi, yang akan menyinari para penduduk  langit, sebagaimana bintang-bintang di langit yang menyinari penduduk  bumi”
Orang yang membangun masjid, ikhlas karena mengharap ganjaran dari Allah ta’ala akan mendapatkan ganjaran yang luar biasa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang  siapa yang membangun suatu masjid, ikhlas karena mengharap wajah Allah  ta’ala, maka Allah ta’ala akan membangunkan rumah yang semisal di dalam  surga.” (Muttafaqun’alaihi)
Masjid dan Dakwah Islam
Dahulu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  hendak berjihad, berperang melawan orang-orang kafir, sebelum beliau  menyerang suatu negeri, beliau mencari apakah ada kumandang suara adzan  dari negeri tersebut atau tidak. Apabila beliau mendegar adzan maka  beliau tidak jadi menyerang, namun bila tidak mendengar maka beliau akan  menyerang negeri tersebut. (Muttafaqun ’alaihi)
Hal ini menunjukkan bahwa  syiar-syiar agama yang nampak dari masjid-masjid kaum muslimin merupakan  pembeda manakah negeri kaum muslimin dan manakah negeri orang-orang  kafir. Adanya masjid dan makmurnya masjid tersebut dengan berbagai syiar  agama Islam, semisal adzan, sholat jama’ah dan syiar lainnya, merupakan ciri bahwa negeri tersebut begeri kaum muslimin. (Lihat ‘Imaratul Masajid, Abdul Aziz Abdullah Al Humaidi, soft copy hal. 4)
Memakmurkan Masjid
Di antara ibadah yang sangat  agung kepada Allah ta’ala adalah memakmurkan masjid Allah, yaitu dengan  cara mengisinya dengan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.  Bentuk memakmurkan masjid bisa pemakmuran secara lahir maupun batin.  Secara batin, yaitu memakmurkan masjid dengan sholat jama’ah, tilawah Al  quran, dzikir yang syar’i, belajar dan mengajarkan ilmu agama,  kajian-kajian ilmu dan berbagai ibadah yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sedangkan pemakmuran masjid  secara lahiriah, adalah menjaga fisik dan bangunan masjid, sehingga  terhindar dari kotoran dan gangguan lainnya. Sebagaimana diceritakan  oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  pernah memerintahkan manusia untuk mendirikan bangunan masjid di  perkampungan, kemudian memerintahkan untuk dibersihkan dan diberi  wangi-wangian. (Shohih Ibnu Hibban, Syuaib Al Arnauth mengatakan sanad  hadits tersebut shahih sesuai syarat Bukhari)
Sholat Berjama’ah di Masjid
Salah satu syiar agama Islam  yang sangat nampak dari adanya masjid Allah, adalah ditegakkannya  sholat lima waktu di dalamnya. Ini pun merupakan salah satu cara  memakmurkan masjid Allah ta’ala. Syariat Islam  telah menjanjikan pahala yang berlipat bagi mereka yang menghadiri  sholat jama’ah di masjid. Di sisi lain syariat memberikan ancaman yang  sangat keras bagi orang yang berpaling dari seruan sholat berjama’ah.
Suatu ketika, tatkala tiba waktu sholat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  berkeinginan meminta seseorang untuk mengimami manusia, kemudian beliau  pergi bersama beberapa orang dengan membawa kayu bakar. Beliau  berkeinginan membakar rumah orang-orang yang tidak menghadiri sholat  jama’ah. Hal ini menunjukkan bahwa sholat jama’ah di masjid adalah  wajib, karena ada hukuman bagi mereka yang meninggalkannya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Shalat seseorang (di masjid dengan berjama’ah) itu dilebihkan dengan 25 derajat dari shalat  yang dikerjakan di rumah dan di pasar. Sesungguhnya jika salah seorang  di antara kalian berwudhu kemudian menyempurnakan wudhunya lalu  mendatangi masjid, tak ada keinginan yang lain kecuali untuk shalat,  maka tidaklah ia melangkah dengan satu langkah pun kecuali Allah  mengangkatnya satu derajat, dan terhapus darinya satu kesalahan…” (Muttafaqun ‘alaihi, dari shahabat Abu Hurairah)
‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Barangsiapa  yang ingin berjumpa dengan Allah kelak dalam keadaan muslim, maka  hendaklah dia menjaga sholat lima waktu tatkala dia diseru (dengan  adzan). Sesungguhnya Allah telah mensyariatkan sebuah sunnah yang agung,  dan sholat berjamaah adalah di antara sunnah tersebut. Seandainya  kalian sholat di rumah-rumah kalian, sebagaimana yang dilakukan oleh  orang-orang belakangan, maka sungguh kalian telah meninggalkan sunnah  Nabi kalian. Jika kalian telah meninggalkan sunnah Nabi kalian, maka  sungguh kalian telah berada dalam kesesatan.” (HR. Muslim)
Setelah nampak di hadapan kita  khabar tentang pahala bagi orang yang menghadiri sholat jama’ah di  masjid, dan ancaman bagi orang yang tidak menghadirinya, lantas masih  adakah rasa berat di dalam hati kita untuk melangkah memenuhi seruan  adzan? Allahul Muwaffiq.
Keutamaan Orang-orang yang Perhatian terhadap Masjid
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  pernah bersabda, bahwa kelak di hari kiamat ada tujuh golongan manusia  yang akan mendapatkan pertolongan  dari Allah ta’ala. Salah seorang di  antaranya adalah para pecinta masjid. “Ada tujuh golongan manusia  yang akan mendapatkan naungan dari Allah, tatkala tidak ada naungan  selain naungan-Nya… Seseorang yang hatinya senantiasa terkait dengan  masjid…” (Muttafaqun ‘alaihi).
Ibnu Hajar rahimahullahu menjelaskan makna hadits tersebut, “Hadits  ini menunjukkan bahwa orang tersebut hatinya senantiasa terkait dengan  masjid meskipun jasadnya terpisah darinya. Hadits tersebut juga  menunjukkan bahwa keterkaitan hati seseorang dengan masjid, disebabkan  saking cintanya dirinya dengan masjid Allah ta’ala”. (Lihat Fathul Bari)
Lalai dengan Pemakmuran Masjid
Banyak di antara kaum muslimin,  sangat semangat dalam mendirikan dan membangun masjid. Mereka  berlomba-lomba menyumbangkan banyak harta untuk mendirikan bangunan  masjid di berbagai tempat, setelah masjid berdiri pun tidak lupa untuk  menghiasnya dengan hiasan yang bermegah-megahan. Namun setelah bangunan  beserta hiasan berdiri tegak, justru mereka tidak memanfaatkan masjid  tersebut untuk solat jama’ah dan ibadah lainnya. Mereka sangka sumbang  sih mereka dengan harta dan modal dunia tersebut sudah mencukupinya.
Saudaraku, memakmurkan masjid  tidak semata-mata makmur secara fisik, memakmurkan masjid yang hakiki  adalah dengan ketaatan kepada Allah, yaitu dengan sholat jama’ah,  tilawah Al quran, pengajian-pengajian ilmiah dan lain sebagainya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengkhabarkan bahwa hal yang demikian merupakan salah satu tanda datangnya hari kiamat, “Tidaklah tegak hari kiamat sampai ada manusia yang bermegah-megahan dalam membangun masjid” (HR. Abu Dawud, dinilai shohih oleh Syaikh Al Albani)
Imam Al Bukhari rahimahullahu  berkata dalam kitab shahihnya, Anas berkata, “Orang-orang  bermegah-megahan dalam membangun masjid, mereka tidak memakmurkan masjid  tersebut melainkan hanya sedikit. Maka yang dimaksud dengan  bermegah-megahan ialah bersungguh-sungguh dalam memperindah dan  menghiasinya”.
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata , “Sungguh  kalian akan memperindah dan menghiasi masjid sebagaimana orang-orang  Yahudi dan Nasrani memperindah dan menghiasi tempat ibadah mereka”. (HR. Bukhari, Kitab Ash-Shalah, Bab Bunyanil Masajid)
Keutamaan Banyaknya Langkah Menuju Masjid 
Ubaiy bin Ka’ab r.a berkata, “Seorang laki-laki dari kaum Anshar, rumahnya paling jauh di Madinah. Namun, dia tidak pernah tertinggal shalat bersama Rasulullah saw. Saya merasa kasihan dengannya, lalu saya katakan “Hai Fulan! Sebaiknya kami membeli seekor keledai yang melindungimu dari panas terik dan serangga tanah yang beracun”. Dia menjawab “Demi Allah, saya tidak senang kalau rumah saya berdampingan dengan rumah Rasulullah saw..’ Orang itu kemudian saya ajak menemui Rasulullah, lalu saya ceritakan keadaannya. Kemudian Rasulullah memanggil orang tersebut, lalu dia katakan kepada beliau seperti itu. Dia mengatakan kepada Rasulullah bahwa dia mengharapkan pahala dari jejak perjalanannya. Maka Nabi saw. bersabda kepadanya “Kamu memperoleh Pahala seperti yang kamu harapkan” (HR. MUSLIM)
Perjalanan Menuju Sholat bisa Menghapus Dosa dan Mengangkat Derajat :
Abu Hurirah r.a mengatakan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda, “Barang siapa bersuci dirumahnya, lalu berjalan menuju salah satu masjid untuk menunaikan sholat fardhu, maka tiap-tiap langkahnya yang satu menghapus dosa dan yang lain mengangkat derajat” (HR. MUSLIM)
 
Ubaiy bin Ka’ab r.a berkata, “Seorang laki-laki dari kaum Anshar, rumahnya paling jauh di Madinah. Namun, dia tidak pernah tertinggal shalat bersama Rasulullah saw. Saya merasa kasihan dengannya, lalu saya katakan “Hai Fulan! Sebaiknya kami membeli seekor keledai yang melindungimu dari panas terik dan serangga tanah yang beracun”. Dia menjawab “Demi Allah, saya tidak senang kalau rumah saya berdampingan dengan rumah Rasulullah saw..’ Orang itu kemudian saya ajak menemui Rasulullah, lalu saya ceritakan keadaannya. Kemudian Rasulullah memanggil orang tersebut, lalu dia katakan kepada beliau seperti itu. Dia mengatakan kepada Rasulullah bahwa dia mengharapkan pahala dari jejak perjalanannya. Maka Nabi saw. bersabda kepadanya “Kamu memperoleh Pahala seperti yang kamu harapkan” (HR. MUSLIM)
Perjalanan Menuju Sholat bisa Menghapus Dosa dan Mengangkat Derajat :
Abu Hurirah r.a mengatakan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda, “Barang siapa bersuci dirumahnya, lalu berjalan menuju salah satu masjid untuk menunaikan sholat fardhu, maka tiap-tiap langkahnya yang satu menghapus dosa dan yang lain mengangkat derajat” (HR. MUSLIM)
Renungkanlah, Back to basic!
Terlampau banyak penjelasan yang  memaparkan keutamaan masjid sebagai benteng utama kekuatan kaum  muslimin. Telah terbukti secara nash dan realita. Perjalanan hidup para  pendahulu kita telah membuktikannya. Bukankah seluruh para ulama yang  membawa perbaikan terhadap agama Islam adalah para pecinta masjid. Imam Malik rahimahullahu mengatakan, “Tidak  akan pernah baik generasi akhir umat ini kecuali dengan perkara-perkara  yang dengannya telah menjadi baik generasi awal umat Islam (yaitu generasi sahabat)”
Maka apabila kita menghendaki kejayaan dan kemenangan kaum muslimin, maka hendaklah kita menempuh jalan yang ditempuh oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabat beliau radhiyallahu ‘anhum,  yang mereka senantiasa perhatian terhadap masjid-masjid mereka,  memakmurkan masjid-masjid Allah dengan ketaatan kepada-Nya. Mulialah  dari masjid kita membangun umat ini, DARI MASJID KITA AKAN BANGKIT. Allahu A’laam bish showab. [Hanif Nur Fauzi]
http://buletin.muslim.or.id 
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar