
Kenapa Disebut Sya'ban?
Ibnu Rajab rahimahullah  berkata, "Dinamakan Sya'ban karena kesibukan mereka dalam mencari air  atau di gua-gua setelah keluar dari bulan Haram Rajab dan dikatakan  selain itu." (Fathul Baari: 4/251)
Apa yang dilakukan Nabi Pada bulan Sya'ban?
Diriwayatkan dari Usamah bin Zaid radliyallahu 'anhu  berkata, "Aku bertanya, Wahai Rasulallah, Aku tidak pernah melihat Anda  berpuasa pada bulan-bulan lain sebagaimana Anda berpuasa pada bulan  Sya'ban?" Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Itu  adalah bulan yang banyak dilalaikan oleh manusia yang berada di antara  Rajab dan Ramadlan. Dia adalah bulan dinaikannya amal-amal perbuatan  kepada Rabb semesta alam (Allah) dan aku senang ketika amalku dinaikkan  aku dalam keadaan berpuasa." (HR. al-Nasai dan Syaikh Al Albani  mengatakan bahwa hadits ini hasan). 
Ibnu Rajab rahimahullah  mengatakan, “Dalam hadits di atas terdapat dalil mengenai dianjurkannya  melakukan amalan ketaatan di saat manusia lalai. Inilah amalan yang  dicintai di sisi Allah.” (Lathaif Al Ma’arif, hal. 235)
Dari Aisyah radliyallahu 'anha berkata, 
لَمْ يَكُنِ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم  يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ
“Nabi  shallallahu ‘alaihi wasallam tidak biasa berpuasa pada satu bulan yang  lebih banyak dari bulan Sya’ban. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam  biasa berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya.” (HR. Bukhari no. 1970 dan Muslim no. 1156)
Dalam lafazh Muslim, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan,
كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ إِلاَّ قَلِيلاً
“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam biasa berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya. Beliau berpuasa Sya'ban hanya sedikit hari saja.”  (HR. Muslim no. 1156) Maknanya bahwa beliau tidak pernah mengosongkan  bulan Sya'ban dari berpuasa, terkadang beliau puasa di bagian-bagian  awal, terkadang di bagian akhir, dan terkadang di pertengahan. (Lihat  Syarah hadits ini dalam Syarah Shahih Muslim oleh Imam al-Nawawi) 
Keutamaan Malam Nishfu Sya'ban
Dari Abu Musa al-Asy'ari radliyallahu 'anhu, dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Sesungguhnya  Allah menilik pada malam nishfu (pertengahan) Sya'ban, lalu mengampuni  seluruh makhluk-Nya kecuali orang musyrik atau orang yang  cekcok/meninggalkan jama'ah." (HR. Ibnu Majah dan dihassankan oleh  Al-Albani dalam al-Silsilah al-Shahihah no. 1144 dan Shahih dan Dhaif  Sunan Ibni Majah ni. 1390)
Kebid'ahan yang Marak di Bulan Sya'ban
1/ Shalat al-Bara'ah, yaitu shalat seratus rakaat yang dikhususkan pelaksanaannya pada malam nishfu Sya'ban.
2/  Shalat tujuh raka'at dengan niat untuk menolak bala' (bencana dan  musibah), panjang umur, dan kecukupan sehingga tidak meminta-minta  kepada manusia.
3/ Membaca Surat Yaasin dan berdoa pada malam nishfu Sya'ban dengan doa khusus, yaitu: 
اَللَّهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ، وَلاَ يمن عَلَيْهِ، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالْإِكْرَامِ 
4/  Meyakini bahwa malam Nishfu Sya'ban adalah malam Lailatul Qadar.  Al-Syuqairi berkata, "Dia (pendapat itu) adalah batil berdasarkan  kesepakatan para peneliti dari kalangan Muhadditsin." (Al-Sunan  al-Mubtadi'ah, hal. 146) Hal tersebut berdasarkan firman Allah Ta'ala, 
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ
"Bulan Ramadan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia….." (QS. Al-Baqarah: 185)
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada Lailataul Qadar (malam kemuliaan)." (QS. Al-Qadar:1) Dan malam Lailatul Qadar berada di Ramadlan, bukan di bulan Sya'ban.
Sejarah Munculnya Bid'ah Ini
Imam  Al-Maqdisi berkata, "Perkara ini pertama kali terjadi di tempat kami  pada tahun 448 Hijriyah. Pada saat itu ada seorang laki-laki yang  dikenal dengan Ibnu Abil Humaira' yang memiliki bacaan bagus. Dia shalat  di Masjid al-Aqsha pada malam nisfu Sya'ban lalu ada seorang laki-laki  yang berdiri di belakangnya kemudian bergabung orang ketiga dan keempat  sehingga tidaklah ia selesai dari shalatnya kecuali ia berada di  tengah-tengah jama'ah yang banyak." (Al-Ba'its 'ala Inkar al-Bida' wa  al-Hawadits, hal. 124-125)
Al-Najm  al-Ghaithi berkata, "Sesungguhnya banyak ulama telah mengingkari itu,  dari negeri Hijaz -di antaranya 'Atha' dan Ibnu Abi Mulaikah-, Fuqaha'  Madinah dan Pengikut Malik. Mereka berkata, "Semua itu adalah bid'ah."  (Al-Sunan wa al-Mubtadi'aat, Imam Al-Qusyairi, hal. 145)
Ketahuilah, bahwa perilaku bid'ah yang mereka lakukan tersebut disandarkan kepada beberapa riwayat berikut ini: 
- Dari Ali radliyallahu 'anhu secara marfu', berkata, 
إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَقُومُوا لَيْلَهَا وَصُومُوا نَهَارَهَا
"Apabila tiba malam nishfu Sya'ban maka berdirilah shalat pada malam harinya dan berpuasalah pada siang harinya."  (HR. Ibnu Majah dalam Sunannya no. 1388, dan ini adalah hadits Maudlu'.  Syaikh Al-Albani mengatakan dalam Dhaif Sunan Ibni Majah, "Lemah sekali  atau maudlu –palsu-" no. 1388, juga dalam Al-Misykah no. 1308,  Al-Dhaifah no. 2132)
- Hadits, 
إِنَّ  اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَنْزِلُ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ إِلَى  السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَيَغْفِرُ لِأَكْثَرَ مِنْ عَدَدِ شَعْرِ غَنَمِ  كَلْبٍ
"Sesungguhnya  Allah turun ke langit dunia pada malam Nishfu Sya'ban, lalu Dia akan  mengampuni umatku lebih dari jumlah bulu domba yang digembalakan Bani  Kalb." (HR. Ibn Majah no. 1389 dan al-Tirmidzi no. 670. Syaikh  al-Albani mendhaifkannya dalam Dhaif Sunan Ibni Majah no. 295 dan Dhaif  al-Jami' al-Shaghir no. 1761)
Kesimpulannya, bahwa perkara-perkara ini tidak diterangkan oleh hadits ataupun atsar kecuali dari jalur yang lemah dan maudhu'.
Al-Hafidz  Ibnu Dahiyyah berkata, "Ahli Ta'dil dan Tajrih berkata, "Tidak ada  hadits shahih yang menerangkan tentang Nishfu Sya'ban. Wahai Hamba-hamba  Allah berhati-hatilah dari para pemalsu yang akan meriwayatkan sebuah  hadits untuk kalian yang dipasarkan untuk kebaikan. Mengamalkan kebaikan  seharusnya dengan sesuatu yang disyariatkan dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.  Apabila telah nyata bahwa dia berdusta maka telah keluar dari  disyariatkan, maka penggunanya telah menjadi pembantu syetan karena  menggunakan hadits atas nama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam  yang tidak pernah Allah turunkan keterangan tentangnya." (Al-Ba'its 'ala  Inkar al Bida' wa Al-Hawadits, Ibu Syamah al-Maqdisi, hal. 127)
Hukum Merayakan Malam Nishfu Sya'ban
Syaikh Abdul Aziz bin Baaz rahimahullah pernah ditanya tentang malam nishfu Sya'ban? Apakah ada shalat khusus di dalamnya? 
Beliau  menjawab, "Malam Nishfu Sya'ban, tidak ada hadits shahih yang  menerangkannya. Semua hadits yang menyebutkan tentang keutamaan di  dalamnya adalah maudhu' (palsu) dan lemah yang tidak memiliki sumber.  Malam itu tidak memiliki keistimewaan (kekhususan), baik dengan membaca  sesuatu, tidak pula shalat khusus dan berjama'ah. . Dan apa yang  disebutkan oleh sebagian ulama bahwa malam tersebut memiliki  keistimewaan adalah pendapat yang lemah, karenanya tidak boleh  diistimewakan dengan sesuatu. Ini adalah yang benar, semoha Allah  melimpahkan taufiq-Nya kepada kita." 
(PurWD/voa-islam.com)
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar